MAKALAH HUBUNGAN ILMU TAUHID DAN
KESEHATAN MENTAL
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS DISKUSI
MATA KULIAH : ILMU TAUHID
DISUSUN OLEH
Siva Tahula Haba (1508026010)
Ahmad Khoirul Azmi (1508026003)
Hariyanto
(1508026015)
Nur Elisa Rizki (1508026029)
Arifa Nidauzzulfa (1508026013)
FAKULTAS SAINTEK
UIN WALISONGO
SEMARANG
TAHUN AJARAN 2015-2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah Nya, dan tak lupa sholawat serta salam kami panjatkan kepada nabi
besar Muhammad SAW yang telah membawa umat islam dari zaman kegelapan menuju
zaman terang benderang.
Kami
juga ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu Tauhid serta
teman teman yang telah membantu kami dalam pembuataan makalah ini, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Hubungan Ilmu Tauhid dengan
Kesehatan Mental”.
Kami
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, sehingga kami
senantiasa terbuka untuk menerima saran dan kritik pembaca demi penyempurnaan
makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Tim
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Manusia
merupakan mahluk yang sangat mudah tergoda oleh hasutan setan. Oleh karena itu,
manusia harus memiliki sesuatu yang dapat menjadi pegangan dalam hidupnya.
Yaitu aqidah. Aqidah sangat diperlukan dalam kehidupan, agar hidup seseorang
tertata dengan baik.
Kalimat “La
ilaaha illaAllah” adalah landasan iman, kunci ketauhidan, dan syarat utama
memasuki pintu islam. Kalimat ini adalah keimanan yang bersemayam di dalam
kalbu dan disertai pelaksanaannya oleh anggota badan.
“La ilaha illa Allah” merupakan mahkota bagi
orang orang yang mentauhidkan Allah dan cahaya hati bagi orang yang taqwa.
Mental adalah
hal yang frontal dalam tiap diri manusia, setiap orang memiliki mental dan
tingkatan emosi yang berbeda, oleh karena itu perlu ditanamkan ketauhidan dalam
jiwa mereka agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
B.
Rumusan
Masalah
Untuk mengkaji
dan mengulas tentang hubungan ilmu tauhid dan kesehatan mental, maka diperlukan
subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga kami merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa
saja yang ada dalam ilmu tauhid ?
2. Apa
hal yang merusak sikap tauhid dan apa saja penerapannya dalam kehidupan ?
3. Bagaimana
menanamkan jiwa ketauhidan pada hati ?
4. Bagaimana
mental yang sehat ?
5. Apa
hubungan ilmu tauhid dan kesehatan mental?
C. Tujuan
Dari rumusan
masalah diatas, maka kita dapat mengambil tujuan sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui ruang lingkup ilmu tauhid
2. Untuk
mengetahui nilai tauhid dalam kehidupan
3. Untuk
mengetahui cara menanamkan ketauhidan dalam jiwa
4. Untuk
mengetahui model mental yang sehat
5. Untuk
mengetahui hubungan antara ilmu tauhid dan kesehatan mental
D.
Metode
Penulisan
Kami memakai
metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini. Referensi
makalah ini tidak hanya bersumber dari buku, namun juga dari media lain seperti
web, blog, dan e-book.
E.
Sistematika
Penulisan
Makalah ini
disusun menjadi 3 bab. Yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab penutup.
Adapaun bab pendahuluan terbagi atas latar belakang rumusan masalah, tujuan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi
berdasarkan subbab yang berkaitan dengan pengertian, ruang lingkup, nilai, dan
implementasi tauhid. Terakhir, bab penutup yang terdiri atas kesimpulan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pokok
Bahasan Ilmu Tauhid
Ilmu
tauhid membahas tentang keesaan Tuhan semesta alam, dan membahas pengokohan
keyakinan-keyakinan agama Islam dengan dalil-dalil naqli maupun dalil-dalil
aqli yang pasti kebenarannya sehingga dapat menghilangkan semua keraguan, ilmu
yang menyingkap kebatilan orang-orang kafir,kerancuan, dan kedustaan mereka.
Dinamakan ilmu tauhid karena pembahasan terpenting didalamnya adalah tentang
tauhidullah (mengesakan Allah). Apa saja yang dibahas? Ilmu tauhid membahas
enam hal, yaitu:
·
Iman kepada Allah, tauhid kepada-Nya dan
ikhlas beribadah lillah tanpa sekutu apapun bentuknya.
·
Iman kepada rasul-rasul Allah para
pembawa petunjuk ilahi, mengetahui sifat-sifat wajib dan sifat-sifat mustahil
terhadap mereka, khususnya mu’jizat dan bukti-bukti kerasulan Nabi Muhammad
S.A.W.
·
Iman kepada kitab-kitab Allah yang
diturunkan kepada para nabi dan rasul sebagai petunjuk bagi hamba-hamba-Nya.
·
Iman kepada malaikat-malaikat Allah,
mengetahui nama-nama dan tugas masing-masing dari mereka.
·
Iman kepada hari akhir, memercayai
kepastian akan datangnya hari dimana semua manusia dbangkitkan dari kuburnya.
·
Iman kepada qadla dan qadar, memercayai
takdir AllahYang Maha Bijaksanayang mengatur dengan takdir-Nyasemua yang ada
dalam semesta alam ini.
B.
Hal yang Merusak Sikap Tauhid dan Penerapan Tauhid
dalam Kehidupan
·
Hal
yang Merusak Sikap Tauhid
Sikap
tauhid merupakan sikap mental hati yang kurang stabil akan menyebabkan sikap
ini mudah berubah-ubah. Adapun hal-hal yang dapat mengurangi sikap tauhid,
yaitu:
ü Penyakit
riya
Kelemahan
ini pun disinyalir oleh Allah sendiri di dalam Al-Qur’an sebagai peringatan
bagi manusia. Sebagaimana firman Allah:
“sesungguhnya proses terjadinya
manusia (membuatnya) tak stabil. Bila mendapatkan kegagalan lekas berputus asa.
Bila mendapatkan kemenangan cepat menepuk dada”. (Al-Ma’aarij:
19-21)
ü Penyakit
ananiah (egoism)
Kemungkinan kedua bagi mereka yang belum stabil
sikap pribadinya, selain sikap riya ialah manusia menempuh jalan pintas. Rasa
tidak pasti tadi diatasinya dengan mementingkan diri sendiri. Namun sifat ini
tidak akan tumbuh didalam pribadi yang mau beribadah ihsan dan khusyu.
ü Penyakit
takut dan bimbang
Rasa takut ini biasanya timbul terhadap perkara yang
akan datang yang belum terjadi. Adapun cara mengatasi rasa takut ini ialah
dengan tawakkal’alallah artinya memasrahkan perkara yang kita hadapi itu kepada
Allah SWT., maka Allah akan memberikan pemecahan masalah tersebut.
ü Penyakit
zalim
Zalim artinya meletakkan sesuatu tidak pada
tempatnya atau melakukan sesuatu yang tidak semestinya.
ü Penyakit
hasad atau dengki
Hasad tumbuh di hati seseorang apabila ia tidak
senang kepada keberhasilan orang lain. Sikap ini biasanya didahului oleh sikap
yang menganggap diri paling hebat dan paling berhak mendapatkan segala yang
terbaik. Sehingga jika melihat ada orang lain yang kebetulan beruntung, ia
merasa tersaingi.
·
Penerapan
Ilmu Tauhid dalam Kehidupan
Contoh
penerapan tauhid dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan selalu menaati
perintah-Nya, seperti beribadah, puasa, nadzar, berdoa hanya kepada Allah,
ibadah apapun yang dilakukan semata-mata diniatkan hanya karena Allah , tidak berlebih-lebihan dalam mencintai
sesuatu. Tawakkal dan sabar dalam menghadapi musibah
C.
Menanamkan Ketauhidan pada Hati
Tugas
manusia adalah sebagai 'abdullah' merupakan realisasi dari mengemban amanah
dalam arti ; memelihara kewajiban-kewajiban dari Allah yang harus dilaksanakan
dan menjauhi larangan-larangan, memelihara kalimat tauhid atau Laa ilaaha
illallah atau ma'rifah kepada Allah.
Oleh karena itu pendidikan tauhid sejak dini pada anak merupakan dasar pendidikan agama Islam yang diharapkan dapat membentuk nilai-nilai pada diri anak setidaknya unsur-unsur agama Islam yaitu 1. Keyakinan atau kepecayaan terhadap Ke-Esa-an Allah (adanya Tuhan) atau kekuatan ghaib tempat berlindung dan memohon pertolongan.
2. Melakukan hubungan sebaik-baiknya dengan Allah guna mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.
3. Mencintai dan melaksanaan perintah Allah serta larangan-Nya, dengan beribadah yang setulus-tulusnya dan meninggalkan segala yang tidak diizinkan-Nya.
4. Meyakini hal-hal yang dianggap suci dan sakral seperti kitab suci, tempat ibadah dan sebagainya
Oleh karena itu pendidikan tauhid sejak dini pada anak merupakan dasar pendidikan agama Islam yang diharapkan dapat membentuk nilai-nilai pada diri anak setidaknya unsur-unsur agama Islam yaitu 1. Keyakinan atau kepecayaan terhadap Ke-Esa-an Allah (adanya Tuhan) atau kekuatan ghaib tempat berlindung dan memohon pertolongan.
2. Melakukan hubungan sebaik-baiknya dengan Allah guna mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.
3. Mencintai dan melaksanaan perintah Allah serta larangan-Nya, dengan beribadah yang setulus-tulusnya dan meninggalkan segala yang tidak diizinkan-Nya.
4. Meyakini hal-hal yang dianggap suci dan sakral seperti kitab suci, tempat ibadah dan sebagainya
D.
Mental yang sehat
Rumusan kriteria jiwa yang sehat yang telah dirumuskan dalam sidang umum WHO
pada tahn 1959 di Geneva yaitu :
a.
Dapat menyesuaikan diri pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk
baginya.
b.
Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
c.
Merasa lebih puas memberi daripada menerima.
d.
Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress, cemas dan depresi).
e.
Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.
Karakteristik
pribadi yang sehat mentalnya juga dijelaskan pada tabel sebagai berikut (Syamsu
Yusuf LN ; 1987).
ASPEK
PRIBADI
|
KARAKTERISTIK
|
Fisik
|
Perkembangannya normal.
Berfungsi untuk melakukan
tugas-tugasnya.
Sehat, tidak sakit-sakitan.
|
Psikis
|
Respek
terhadap diri sendiri dan orang lain.
Memiliki
wawasan dan rasa humor.
Memiliki
respons emosional yang wajar.
Mampu
berpikir realistik dan objektif.
Terhindar
dari gangguan-gangguan psikologis.
Bersifat
kreatif dan inovatif.
Bersifat
terbuka dan fleksibel,
Memiliki
perasaan bebas untuk memilih, menyatakan pendapat dan bertindak.
|
Sosial
|
Memiliki perasaan empati dan rasa
kasih sayang (affection) terhadap orang lain, serta senang untuk memberikan
pertolongan kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan (sikap alturis).
Mampu berhubungan dengan orang
lain secara sehat, penuh cinta kasih dan persahabatan.
Bersifat toleran dan mau menerima
tanpa memandang kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras,
atau warna kulit.
|
Moral-Religius
|
Beriman kepada Allah, dan taat
mengamalkan ajaran-Nya.
Jujur, amanah (bertanggung jawab),
dan ikhlas dalam beramal.
|
E.
Hubungan
antara ilmu tauhid dan kesehatan mental
Kesehatan mental merupakan hal yang frontal dan
menjadi tolak ukur dari kejiwaan seseorang. Apabila mental seseorang dalam
kondisi fit, maka jiwanya akan sehat pula.
Tingkat kesehatan mental menentukan seberapa matang mental seseorang.
Apabila mental seseorang tidak sehat, secara otomatis akan mempengaruhi tingkah
laku dalam kehidupan yang pada akhirnya akan menjadi pribadi yang tidak sehat.
"Jika Anda ditimpa
berbagai tekanan atau problema hidup, baik materi maupun psikologis. Janganlah
panik, tapi, bersabarlah. Kembali kepada diri Anda. Ambillah kertas dan
pena. Hitunglah dengan teliti berapa banyak nikmat Allah yang telah Anda
terima. Hitunglah pula dengan teliti berapa banyak nilai nikmat tersebut.
Bersyukurlah Anda kepada Allah, kemudian berdoa kepada-Nya agar dianugerahkan
ketenangan jiwa. Mohonlah agar rasa iman dan ketenangan jiwa selalu
dianugerahkan kepada Anda". (Kadir, 1981 : 45)
Seseorang yang mempunyai ketahuhidan yang kuat dan benar maka jiwa nya akan senantiasa sehat
karena ia dapat menyesuaikan diri, bersifat qona’ah (merasa cukup apa yang
diterima), terhindar dari rasa gelisah, dan tanpa ada rasa sikap putus
asa.
Dengan uraian di atas menunjukkan bahwa ada relasi yang kuat antara bertauhid
dengan kesehatan mental. Karena dengan bertauhid, mental seseorang dapat berkembang sesuai dengan tuntunan Allah SWT yang
tidak perlu lagi diragukan akan kebenaran dari semua petunjuknya yang ada dalam
al-Qur’an.
BAB III
A.
Kesimpulan
Ilmu
tauhid membahas enam hal, yaitu:
·
Iman kepada Allah
·
Iman kepada rasul-rasul Allah
·
Iman kepada kitab-kitab
·
Iman kepada malaikat-malaikat Allah
·
Iman kepada hari akhir
·
Iman kepada qadla dan qadar
Rumusan kriteria jiwa yang sehat yang telah dirumuskan dalam sidang umum WHO
pada tahun 1959 di Geneva yaitu :
·
Dapat menyesuaikan diri
pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya.
·
Memperoleh kepuasan dari
hasil jerih payah usahanya.
·
Merasa lebih puas memberi
daripada menerima.
·
Secara relatif bebas dari
rasa tegang (stress, cemas dan depresi).
·
Berhubungan dengan orang
lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.
Ada relasi yang kuat antara
bertauhid dengan kesehatan mental. Karena dengan bertauhid, mental seseorang dapat berkembang sesuai dengan tuntunan Allah SWT yang
tidak perlu lagi diragukan akan kebenaran dari semua petunjuknya yang ada dalam
al-Qur’an.
B.
PENUTUP
Demikian
makalah ini kami susun. Kami menyadari bahwasannya dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangan. Untuk itu kami mengaharap saran dan kritik dari
pembaca mengenai makalah yang kami susun ini agar menjadikan kami lebih baik di
masa mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya
dan pembaca padaa umumnya. Kami mohon maaf apabila terdapat salah tulisan atau
salah kata dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.dakwatuna.com/2008/07/16/824/mengenal-ilmu-tauhid/#axzz3mHulfeDm
diakses tanggal 30 September 2015
Muhammad
Habsyi, Teungku, Sejarah dan Pengantar
Ilmu Tauhid/Kalam, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra
http://www.al-quran-sunnah.com
, diakses pada 10 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar